Raih Laba Rp448 M, Angkasa Pura I Optimistis Layani 70 Juta Penumpang pada Akhir 2023

Faik Fahmi, Direktur Utama Angkasa Pura I - bisnis.tempo.co
Faik Fahmi, Direktur Utama Angkasa Pura I - bisnis.tempo.co

JAKARTA – PT Angkasa Pura I percaya diri dapat melayani sebanyak 70 juta penumpang melalui 15 bandara yang mereka kelola hingga akhir tahun 2023 nanti. Pasalnya, tingginya animo masyarakat untuk melakukan perjalanan udara serta pandemi Covid-19 yang terus mereda membuat perseroan yakin dapat meningkatkan kinerja mereka pada masa depan.

“PT Angkasa Pura I telah melayani 39,87 juta pergerakan penumpang sepanjang Januari hingga Juli 2023 atau meningkat 43 persen year-on-year dibandingkan periode sebelumnya,” papar Direktur Utama PT Angkasa Pura I, Faik Fahmi, dikutip dari Kontan. “Peningkatan pergerakan penumpang ini sangat terbantu oleh berakhirnya pandemi Covid-19 yang membuat mobilitas masyarakat menjadi lebih bebas.”

Pihaknya pun memproyeksikan pergerakan penumpang dapat mencapai 70 juta penumpang pada akhir tahun 2023, jauh lebih tinggi dibandingkan realisasi tahun 2022 yang sekitar 52 juta penumpang. Sejumlah bandara utama seperti Bandara I Gusti Ngurah Rai (Bali), Bandara Juanda (Surabaya), Bandara Sultan Hasanuddin (Makassar), hingga Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan (Balikpapan) masih menjadi penopang utama kinerja operasional perseroan.

PT Angkasa Pura I sudah siap menampung lonjakan pergerakan penumpang tahun ini, mengingat telah menjalankan ekspansi pengembangan kapasitas bandara sejak 2018 silam. Hal ini dilakukan mengingat beberapa tahun sebelum pandemi muncul, perusahaan dihadapkan oleh tantangan keterbatasan kapasitas di tengah tingginya permintaan perjalanan udara.

Sementara itu, dengan peningkatan jumlah penumpang, PT Angkasa Pura I melaporkan meraih laba bersih secara konsolidasi sebesar Rp448 miliar pada periode Januari hingga Juli 2023. Pada periode tersebut, total pendapatan perusahaan mencapai Rp5,21 triliun atau meningkat 75 persen dan EBITDA mencapai Rp2,32 triliun atau naik 224 persen dibandingkan periode yang sama dari tahun lalu.

Sebelumnya, pandemi Covid-19 yang berlangsung hampir tiga tahun sempat memberikan pukulan telak bagi perusahaan. Hal ini ditunjukkan dengan kinerja perusahaan yang sebelumnya mengalami pertumbuhan pendapatan yang sangat baik dengan puncak capaian pendapatan sebesar Rp8,63 triliun pada 2019, lantas mengalami penurunan hingga 63 persen pada 2021 sebesar Rp3,21 triliun. Volatilitas industri aviasi saat itu membuat perusahaan menyusun inisiatif transformasi untuk mendukung pemulihan bisnis seperti cost leadership, revenue enhancement, dan penundaan investasi.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*