Sudah Dicor, Warga Tuntut Jalan Tembus ke Bandara Juanda Segera Dibuka

SURABAYA – Masyarakat Desa Gununganyar Tambak, Kecamatan Gununganyar, Kota Surabaya menuntut agar jalan tembus baru menuju Bandara Internasional Juanda segera dibuka. Pasalnya, masyarakat menganggap bahwa jalur tersebut sudah memiliki jalan cor sehingga bisa digunakan kendaraan untuk melintas.
Pada Jumat (8/9) pekan lalu, warga Desa Gununganyar Tambak menggelar doa bersama dengan mendirikan tenda besar di jalan kembar cor tersebut. Mereka juga berteriak bersama meminta palang besi di jalan tembus itu dibuka. Menurut pemahaman mereka, jalan cor itu adalah jalan umum yang bisa diakses siapa saja, terlepas dari persoalan sengketa antara tokoh masyarakat dengan Ubaya.
“Saya tidak tahu mengenai urusan sengketa atau apa pun. Warga hanya ingin jalan tembus ke Surabaya ini dibuka. Wong sudah ada jalan cor, kok dipasang portal besi,” kata seorang warga bernama Kholiq. “Kalau dibuka, pergi ke lahan tambak juga dekat, tak memutar.”
Warga setempat memang sudah telanjur senang dengan adanya Proyek Jalur Luar Lingkar Timur. Jalur ini adalah penghubung Surabaya Timur dengan Sidoarjo, juga jalan tembus Surabaya Timur langsung ke Tol Bandara Juanda. Jalan cor kembar itu memang baru saja dibuat untuk menembus sejumlah wilayah timur Surabaya, sejumlah komplek perumahan menuju Bandara Juanda dengan akses sepanjang 3 km.
Selain bisa mengakses tol Waru-Juanda, jalur ini juga bisa menghubungkan Jalan Lingkar Luar Timur, sehingga bisa langsung menghubungkan Sidoarjo hingga Kenjeran. Pemerintah Kota Surabaya sendiri menargetkan proyek jalan tersebut bisa rampung pada tahun 2017 ini dan mereka sudah menganggarkan dana sekitar Rp200 miliar.
Namun, seiring berjalannya waktu, jalur tembus ini kemudian menjadi sengketa. Di lokasi jalan cor kembar itu, bertuliskan ‘Tanah ini milik Universitas Surabaya (Ubaya). Tanah ini tak dijual’. Tidak jauh dari plang itu, juga dipasang papan lain bertuliskan, ‘Tanah Milik H Aris Sugianto’ lengkap dengan keterangan pemenang PTUN dalam sengketa lahan.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*