
Jakarta – PT Angkasa Pura I (persero) berupaya untuk menyelesaikan proyek perluasan kapasitas penumpang di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar dan Bandara Sentani Papua. Pengembangan fasilitas di 2 bandar udara tersebut ditargetkan selesai tahun 2024 mendatang.
Direktur Utama AP I Faik Fahmi menjelaskan bahwa jauh sebelum pandemi, AP I sudah mengalami permasalahan kekurangan kapasitas bandara atau lack of capacity. Pasalnya, pertumbuhan jumlah penumpang di bandara-bandara yang dikelola oleh Angkasa Pura I jauh lebih tinggi dibanding kapasitas yang tersedia di bandara yang sudah dibangun pihak perseroan.
Menurut data Angkasa Pura I, jumlah penumpang pesawat mencapai 72 juta per tahun. Namun, dari 13 bandara yang dikelola AP I hanya sanggup melayani sebanyak 42 juta penumpang per tahun. Oleh sebab itu, sejak 2017 AP I sudah berupaya meningkatkan kapasitas bandara dan juga kualitas.
Setidaknya terdapat 10 bandara yang sudah ditingkatkan kapasitasnya, yaitu Bandara Ahmad Yani di Semarang, Syamsudin Noor Banjarmasin, Yogyakarta International Airport, Bandara Ngurah Rai di Bali, Bandara Adi Soemarmo di Solo, Bandara Pattimura Ambon, Bandara Juanda Surabaya, dan bandara di Lombok.
“Sekarang menyisakan dua bandara masih proses penyelesaian yaitu Bandara Hasanuddin di Makassar yang progres penyelesaian penyelesaiannya 65 persen. Dan juga bandara Sentani di Jayapura ini kita targetkan akan kita mulai lagi pada awal 2023 karena menyesuaikan dengan kemampuan finansial kita dan bagian dari restrukturisasi,” jelas Faik.
Selama pandemi, Angkasa Pura I dihadapkan pada kondisi jumlah penumpang yang jauh lebih rendah dibanding kapasitas bandara. Kondisi tersebut menyebabkan kesulitan keuangan untuk Angkasa Pura I lantaran sudah banyak menggelontorkan dana untuk pengembangan kapasitas, sehingga AP I terpaksa melakukan program restrukturisasi.
“Ketika bandara sudah kita tingkatkan kapasitasnya dan sudah diselesaikan siap operasi. Tiba-tiba masuk pandemi. Jadi ada kewajiban capex yang cukup besar sehingga kita lakukan restrukturisasi,” imbuh Faik. Mengenai pengembangan infrastruktur 10 bandara, AP I menggunakan dana internal dan sebagian besar pinjaman komersial. Faik memastikan bahwa pengembangan bandara tak didukung APBN.
Setelah pandemi, penambahan kapasitas bandara AP I akan menunjukkan kontribusinya seiring dengan peningkatan pergerakan penumpang. “Sedikit kami sampaikan situasi pergerakan penerbangan pada periode 2020 saat pandemi sampai saat ini ada perubahan signifikan. Di samping kepatuhan terhadap penanganan pandemi ini, kami sikapi pelaksanaannya positif. Grafik hijau terjadi pada 2022 yang bisa dilihat dari pola pergerakan penerbangan dan penumpang,” tutupnya.
Leave a Reply