
Jakarta – PT Angkasa Pura I (persero) memutuskan untuk menunda pengembangan kapasitas di 2 bandara kelolaannya. Langkah itu dilakukan guna menekan beban utang AP I selama kondisi pandemi Covid-19.
Menurut Direktur Kepatuhan, Aset dan Pengadaan AP I Israwadi, sebelum adanya pandemi, bandara Angkasa Pura I sebenarnya ada dalam kondisi kekurangan kapasitas (lack of capacity) karena sudah tak dapat lagi menampung tingkat permintaan yang ada. Untuk mengatasi persoalan itu, Angkasa Pura I melakukan pengembangan dan perluasan bandara.
Dalam periode awal, kinerja keuangan Angkasa Pura I masih cukup untuk mendanai pengembangan bandara sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan. Akan tetapi, saat ini mayoritas total belanja modal atau Capital Expenditure (capex) yang dipakai AP I untuk membiayai pengembangan bandara bersumber dari pinjaman. Sebagai gambaran, total capex yang digelontorkan Angkasa Pura I selama 2013-2021 senilai total Rp37,3 triliun. Dari angka tersebut, sekitar Rp31,5 triliun pendanaan bersumber dari pinjaman.
“Saat ini, masih ada dua bandara yang ditunda pengembangannya, yaitu Sultan Hasanuddin di Makassar karena Covid-19 dan ini memang kita jaga supaya proyek pengerjaan itu tidak mangkrak. Paling tidak atap sudah berhasil dikerjakan sehingga tidak mangkrak. Kemudian Bandara Sentani di Papua yang merupakan program KSP karena kondisi Covid kami usulkan penundaan pengembangannya,” papar Israwadi.
Kemudian, sebanyak 6 bandara dapat diselesaikan pengembangannya selama kurun waktu 2018-2020. Dengan begitu, kapasitas dari bandara-bandara itu sudah dapat menampung jumlah penumpang lebih besar. Lebih lanjut Israwadi menerangkan, progres pengembangan bandara yang sudah rampung dan bersumber dari pinjaman adalah Bandara Ahmad Yani Semarang, Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin, Yogyakarta International Airport (YIA), Bandara Ngurah Rai Bali, dan pengembangan minor di Bandara Adi Sumarmo Solo.
Tahun 2021, AP I sudah menyelesaikan pengembangan Bandara Pattimura Ambon, Bandara Juanda Surabaya, Bandara Sam Ratulangi Manado, dan Bandara Internasional Lombok untuk persiapan MotoGP dan World Superbike. “Namun, saat ini pada 2020 jumlah pergerakan penumpang hanya mencapai sebanyak 33 juta penumpang dan 2021 turun lagi 28 juta penumpang,” terangnya.
Angkasa Pura I sendiri memprediksi jumlah penumpang pesawat baru kembali ke angka sebelum pandemi pada tahun 2026 mendatang. “Kalau proyeksi kami saat ini, kemungkinan (pulih) lebih ke tahun 2026. Pada 2026, angka sebelum Covid-19 itu baru tercapai,” tandas Israwadi.
Leave a Reply