
Jakarta – Maskapai pelat merah Garuda Indonesia sudah memangkas beberapa rute penerbangan ke sejumlah daerah sebagai langkah efisiensi perusahaan. Hal itu rupanya berdampak pada trafik penerbangan di 15 bandara kelolaan PT Angkasa Pura (AP) I yang juga ikut menyusut.
“Tentu saja ada pengaruhnya. Namun ini kami manage dengan baik,” kata Direktur Utama Angkasa Pura I Faik Fahmi di Jakarta Pusat, Rabu (17/11), seperti dilansir Tempo. Faik sendiri juga mendorong maskapai untuk mengoptimalkan penerbangan pada rute-rute favorit seperti Bali. Langkah tersebut pun mampu membantu meningkatkan pergerakan penumpang. “Jadi upaya kami mendorong airline (lain) untuk aktif beroperasi di bandara kami,” imbuh Faik.
AP I memperkirakan jumlah penumpang di akhir tahun 2021 lebih rendah daripada tahun 2020 lalu. Hingga penghujung Desember 2021 depan, jumlah penumpang di 15 bandara yang berada di bawah pengelolaan Angkasa Pura I diprediksi hanya sekitar 26 juta orang. Sedangkan pada 2020, jumlah penumpang di seluruh bandar udara Angkasa Pura I mencapai 32 juta orang.
Menurut Faik, penurunan jumlah penumpang tersebut seiring dengan pengetatan perjalanan masyarakat dan pengurangan frekuensi maskapai. Kondisi itu akhirnya berdampak secara langsung terhadap pendapatan perusahaan. “Kalau bicara sesuai RKAP (rencana kerja dan anggaran perusahaan). RKAP kan disesuaikan dengan pandemi. Ekspektasinya sesuai. Tapi kalau secara bisnis, pandemi yang masih dirasakan masih belum memenuhi harapan,” terang Faik.
Seperti diketahui, Garuda sebelumnya mengungkapkan rencana untuk mengurangi 97 rute penerbangan dari total 237 rute menjadi 140 rute saja. Pihak manajemen Garuda Indonesia pun sudah memetakan rute-rute yang tidak potensial dan merugikan perusahaan, misalnya rute penerbangan tujuan Tarakan. “Selama ini kami terdesak (membuka rute) yang enggak bikin untung. Ada banyak tekanan pembukaan rute. Jadi mohon dukungan apabila kami bilang enggak (akan membuka rute). Mohon maaf, banyak maaf,” beber Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra beberapa waktu lalu.
Irfan menuturkan, Garuda menanggung kerugian karena beroperasinya sejumlah pesawat di rute-rute yang tidak mendorong kenaikan pendapatan. Sementara itu, pendapatan yang diperoleh Garuda dari rute-rute tertentu itu tak sebanding dengan biaya operasional yang dikeluarkan. Ditambah lagi, Garuda harus mengoperasikan pesawat yang jenisnya tak sesuai dengan karakteristik perusahaan, sehingga ongkos produksi semakin tinggi.
Leave a Reply