Rute Penerbangan Manokwari Ditutup, Pengusaha Kepiting di Teluk Bintuni Terancam Merugi

Sriwijaya Air - www.skyscanner.co.id
Sriwijaya Air - www.skyscanner.co.id

Jakarta – Maskapai Sriwijaya Air memutuskan untuk menghentikan sementara operasional penerbangan dari dan menuju Manokwari, Papua mulai tanggal 30 Juli 2019 kemarin. Meski tak dijelaskan alasan penutupan rute penerbangan tersebut, Sriwijaya Air hanya mengungkapkan bahwa rute penerbangan dari dan ke Manokwari akan dialihkan ke rute lainnya.

“Mulai 30 Juli 2019 ini kami sementara akan suspend penerbangan dari dan menuju Manokwari,” kata Vice President Corporate Secretary Sriwijaya Air, Retri Maya, Minggu (28/7), seperti dilansir Kompas. Terkait sejumlah keterlambatan jadwal penerbangan selama Juli 2019 di Bandara Rendani, Manokwari, pihak Sriwijaya Air pun meminta maaf.

Meski demikian, Maya menegaskan jika seluruh armadanya layak beroperasi dan selalu mengedepankan faktor keselamatan, keamanan, dan kenyamanan penumpang. “Perlu kita ketahui bahwa keterlambatan yang dialami Sriwijaya Air kemarin tidak hanya karena faktor kerusakan pesawat, tapi juga faktor eksternal dengan kondisi cuaca yang tidak memungkinkan untuk memaksa pesawat diterbangkan,” bebernya.

Penutupan rute penerbangan dari dan ke Manokwari ini tentu menimbulkan kekecewaan bagi para pengusaha dan nelayan kepiting di Teluk Bintuni. Pasalnya, selama ini banyak pengusaha yang mengandalkan jasa kargo pesawat Sriwijaya Air untuk pengiriman kepiting ke Kota Surabaya dan Jakarta. “Selama ini, hanya kargo milik Sriwijaya Air yang menerima pengiriman kepiting. Bukan hanya itu saja, kepiting milik saya dikirim hingga ke China dan Bangladesh,” kata pengusaha kepiting Teluk Bintuni, Haja Jumriani.

Lebih lanjut Haja menerangkan, tiap harinya terdapat 30 boks kepiting yang dikirimkan dari Teluk Bintuni melalui darat dengan mobil Hilux ke Kabupaten Manokwari senilai Rp 57 juta. “Jika air laut surut, kami bisa kirim 50-80 boks kepiting per hari, nilainya mencapai ratusan juta. Tapi jika musim air laut pasang dan ombak seperti saat ini, maka pengiriman kepiting akan menurun,” terangnya.

Tak sendirian, rupanya ada lebih dari 30 nelayan kepiting di Papua. “Kami buatkan mereka perahu, sambil dimodali untuk mencari kepiting. Belum kembali modalnya, malahan sudah ada masalah tutupnya rute maskapai Sriwijaya Air,” keluh Haja.

Oleh sebab itu, ia mengharapkan pemerintah Kabupaten Manokwari bisa ikut meninjau ulang penutupan rute Sriwijaya Air dan ke Manokwari. “Selama ini, pelayanan maskapai ini memuaskan, kenapa harus dihentikan? Jika ini benar terjadi, pasti kami rugi. Termasuk kepada nelayan dan pengusaha lainnya yang selalu langganan mengirimkan barang dagangannya kepada Sriwijaya Air,” ucapnya.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*